Selasa, 27 Oktober 2009

Fokus Utama

Outlook Pemulihan Ekonomi Amerika

Perhatian terhadap outlook pemulihan ekonomi Amerika kembali menjadi fokus utama yang mempengaruhi sentimen perdagangan di pasar mata uang asing awal pekan ini. Sebelumnya, perhatian investor lebih didominasi oleh perhatian terhadap outlook suku bunga dimana investor memperkirakan the Fed menjadi bank sentral terakhir dalam melepas kebijakan mata uang longgarnya yang menyebabkan US dollar terpuruk ke level terendah selama 14 bulan terhadap euro maupun terhadap 6 mata uang partner perdagangan utamanya (indeks dollar).

Secara umum, perhatian terhadap outlook pemulihan ekonomi Amerika mengemuka sebagai sikap antisipasi investor menjelang rilisan data GDP Kamis mendatang. Seperti yang diperkirakan sebagian ekonom maupun pihak pemerintah maupun otorita moneter Amerika, ekonomi Amerika diperkirakan keluar dari resesi terdalam sejak great depression tahun 1930-an pada kuartal ketiga tahun ini. Hasil polling Reuters menunjukan ekonom memperkirakan ekonomi Amerika kuartal ketiga akan tumbuh 3.3% mengakhiri kontraksi selama 4 kuartal berturut-turut.

Pada perdagangan awal pekan kemarin, outlook pemulihan ekonomi Amerika mendapat sorotan dari para pelaku pasar menyusul rilisan dua data fundamental ekonomi yang secara umum memperkuat optimisme akan berakhirnya resesi di negara ekonomi terbesar dunia tersebut. Kedua data fundamental ekonomi yang dirilis kemarin tersebut adalah the Chicago Fed National Activity index dan Midwest Manufacturing index. Bank sentral Chicago (the Chicago Fed) mengumumkan kontraksi indeks akhtivtas nasional bulan September berkurang menjadi 0.8 dari data sebelumnya (sebelum revisi) 0.9, namun meningkat dibanding setelah revisi sebesar 0.65. Sementara dari sektor manufaktur, indeks aktivitas manufaktur di wilayah midwest dan Texas dilaporkan meningkat menjadi 82.3 dari 91.6 revisi bulan sebelumnya.

Analis menyatakan data aktivitas ekonomi dan manufaktur tersebut menggambarkan bahwa dampak dari krisis finansial global secara perlahan berkuarang seiring keluarnya ekonomi dari resesi terpanjang dalam 70 tahun. Secara spesifik analis menyatakan laporan data-data ekonomi tersebut cenderung mendukung argumen bahwa pemulihan akan berjalan lebih tidak merata dan kurang mengarah pada pemulihan secara cepat (V-shaped), namun data-data tersebut masih dibayangi dengan anggapan bahwa kedua data tersebut hanya merupakan hasil survey regional yang sempit. Data-data teresebut juga dipandang sebagai petunjuk awal bagi data gross domestic product yang akan dirilis Kamis mendatang.

Dari data tersebut, hal yang memperkuat optimisme pemulihan ekonomi Amerika adalah laporan bahwa rata-rata pergerakan (moving average) selama 3 bulan atas aktivitas ekonomi mendekati level yang sama dengan saat akhir resesi sebelumnya. The Chicago Federal Reserve melaporkan rata-rata pergerakan, yang mengeliminir volatilitas bulnan, berkurang menjadi minus 0.63 pada bulan September dari revisi bulan Agustus sebesar minus 0.96, laporan sebelumnya sebesar minus 1.09. The Cicago Fed menyatakan pada akhir resesi selama 4 kuartal, moving average 3 bulan meningkat ke atas minus 0.70 yang bertepatan dengan akhir resesi sebelumnya.

US Dollar Rebound

Namun meningkatnya outlook pemulihan ekonomi Amerika tidak berdampak terhadap pergerakan nilai tukar US dollar terhadap mata uang utama lainnya. Berbeda dengan perdagangan-perdagangan sebelumnya, dimana meningkatnya outlook pemulihan ekonomi Amerika dipandang sebagai peluang untuk memperoleh keuntungan atas aset-aset beresiko dengan imbal hasil lebih tinggi yang menyebabkan US dollar tertekan, pada perdagangan Senin kemarin US dollar justru menguat terhadap mata uang utama lainnya kecuali terhadap sterling. Penguatan US dollar ditopang oleh keluarnya investor dari perdagangan beresiko seiring pelemahan di bursa saham Wall Street.

Indeks saham Dow Jones kembali melemah menlanjutkan pelemahan akhir pekan lalu. Pelemahan indeks saham Wall Street dipicu oleh retrace yang terjadi di pasar komoditi. Harga minyak mentah dunia di bursa New York Merchantile Exchange pada perdagangan hari Senin kemarin teurun ke area di bawah $80 per barel dan harga emas di bursa London terkoreksi dari rekor teringgi $1070.40 per troy ounce ke level terendah selama lebih dari 2 pekan ke $1038.25 per troy ounce yang juga menjadi pemicu pelemahan di bursa-bursa saham Eropa.

Selain turunnya harga komoditi, pelemahan indeks saham Wall Street juga dipicu oleh kekhawatiran akan diakhirinya paket pemotongan pajak sebesar $8.000 bagi pembeli perumahan pertama di Amerika. Insentif tersebut, yang akan berakhir bulan depan, disebut-sebut sebagai kekuatan utama dibalik pemulihan pasar perumahan selama ini. Housing and Urban Development Secretary Shaun Donovan pekanlalu mengekspresikan keraguannya bahwa negara akan mampu untuk mempertahankan insentif pajak tersebut. Namun kekhawatiran tersebut memudar menyusul pernyataan senator asal Florida dari kubu Dempkrat Bill Nelson yang memperkirakan senat Amerika akan memperpanjang paket pemotongan pajak tersebut akhir pekan ini.

Keluarnya investor dari perdagangan beresiko yang idikuti dengan meningkatnya permintaan terhadap US dollar sebagai mata uang aman mendorong US dollar rebound dari level terendah selama 14 bulan. Indeks dollar menguat 1.57% dari level terendah selama 14 bulan 74.940 hari Rabu pekan lalu, menguat hingga 76.118. Terhadap mata uang utama linnya, US dollar rebound dari level terendah selama 14 bulan terhadap euro di $1.5060 akhir pekan lalu, menguat 1.42% ke $1.4846, level tertinggi selama 1 pekan. Terhadap Swiss franc, US dollar rebound dari level terendah selama 15 bulan di CHF 1.0029 akhir pekan lalu, menguat 1.73% ke CHF 1.0203, dan rebound dari level terendah selama lebih dari 14 bulan terhadap aussie di $0.9327 Rabu pekan lalu, menguat 2.14% ke $0.9127, dan terhadap yen, US dollar menguat ke level tertinggi selama lebih dari 1 bulan ke ¥92.28. Namun US dollar melemah terhadap sterling, terkoreksi dari level tertinggi selama 1 pekan di awal perdagangan di $1.6253, melemah hingga $1.6395 dipicu ekspektasi bahwa pelemahan sterling akhir pekan lalu terlalu dibesar-besarkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar